Pada tanggal 19 September 2024, diadakan kegiatan Pelatihan Pengolahan TOGA menjadi Produk Pangan Fungsional di Kalurahan Kedungkeris, Kapanewon Nglipar, Kabupaten Gunungkidul. Acara ini diikuti oleh 40 warga setempat, dengan menghadirkan tiga narasumber, yaitu Eman Darmawan, S.TP., M.P., Dyah Titin Laswati, S.TP., M.P., dan Nissa Clara Firsta, S.TP., M.T.P.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan hasil bumi lokal, khususnya tanaman obat keluarga (TOGA) seperti kunyit dan jahe, menjadi produk pangan yang memiliki nilai kesehatan sekaligus ekonomi. Dengan pelatihan ini, diharapkan warga dapat mengolah rempah-rempah tersebut menjadi produk siap konsumsi yang diminati pasar, serta meningkatkan taraf ekonomi masyarakat setempat.
Dalam sambutannya, perwakilan dari pihak Kalurahan Kedungkeris mengungkapkan harapan agar masyarakat dapat memanfaatkan TOGA yang sudah dibudidayakan menjadi produk makanan yang dapat bersaing di pasar. Sementara itu, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) menekankan bahwa Indonesia memiliki kekayaan rempah-rempah yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi. Sebagai contoh, kunyit dan jahe yang banyak terdapat di Kalurahan Kedungkeris dapat diolah menjadi produk seperti minuman instan dan geplak.
Dyah Titin Laswati, sebagai narasumber pertama, menjelaskan tentang cara mengolah jahe menjadi minuman instan. Jahe memiliki senyawa aktif seperti zingerol dan shogaol yang berkhasiat untuk menghangatkan tubuh dan meredakan mual. Proses pembuatan minuman instan ini melibatkan langkah melumatkan jahe, mendiamkan untuk mengendapkan pati, dan kemudian memisahkan pati tersebut. Larutan jahe yang diperoleh kemudian dicampur dengan gula dan dipanaskan hingga terbentuk kristal serbuk yang siap dikemas.
Narasumber kedua, Nissa Clara Firsta, memaparkan pembuatan minuman fungsional Asem Sereh Jahe, yang dikenal dengan nama Aserehe. Minuman ini memiliki manfaat kesehatan, di samping efek menghangatkan dan menyegarkan. Proses pembuatan dimulai dengan mencuci bahan-bahan seperti jahe, kunyit, sereh, dan asam jawa, yang kemudian direbus bersama gula merah hingga menghasilkan minuman berwarna kecokelatan. Setelah disaring dan ditambah perasan jeruk nipis, minuman siap dikemas.
Eman Darmawan, narasumber ketiga, membahas pemanfaatan ampas jahe dalam pembuatan geplak, makanan tradisional khas Bantul. Ampas jahe masih mengandung oleoresin, yang memberikan rasa pedas dan bersifat antioksidan. Pemanfaatan ampas jahe ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga meningkatkan nilai fungsional dari geplak yang dihasilkan.
Pelatihan ini memberikan wawasan kepada warga tentang cara mengolah TOGA menjadi produk pangan bernilai ekonomi tinggi, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya inovasi dalam pengolahan hasil bumi lokal.